Penerjemahan Berbantuan Komputer (Tugas 2)
Indonesian students create device to monitor air quality
The Jakarta Post
Jakarta | Mon, April
3, 2017 | 02:33 pm
Renal Prahadis, Muhammad Ulul Albab Iryanto and Maulida Sabrina have worked in the Ex Change team to create SMOQ. Renal explained to Antara news that the SMOQ consists of four sensors. It will detect the air quality, smoke levels, carbon monoxide and temperatures once it is located in the place to be monitored. The readings will be kept and analyzed on the microcontroller and then the overall results can be accessed by devices that have the SMOQ software.
The SMOQ app shows device ID, temperature levels around the device, smoke and carbon monoxide . (YouTube/File)
The app shows three levels of air quality: normal, siaga (standby) and waspada (aware). The levels are based on a standard air pollution index determined by the Environment Impact Controlling Agency (Bapedal).
“If the data input analysis results show the final index is less than 200 then it stands for normal,” he explained. “When it’s between 200 and 300 then its level is standby, but when the index shows more than 300, it’s on ‘aware’ level, meaning that the air quality is very bad.”
The Ex Change team; Maulida Sabrina (left), Muhammad Ulul Albab Iryanto (middle) and Renal Prahadis (right).(YouTube/File)
Renal said that the SMOQ was made for the government to use as a device to help it make decisions in relation to the environment, although public can also use it.
Having created the SMOQ, the Ex Change team took third place in the Multimedia and Game Event (MAGE) 2017 competition in the Internet of Things category. The competition was held by the Sepuluh Nopember Institute of Technology Surabaya (ITS) in late February. (wir/asw)
Mahasiswa
Indonesia Membuat
Perangkat
Untuk
Memantau
Kualitas
Udara
Translated by Google
Translate
The Jakarta Post
Jakarta | Mon, April 3, 2017 | 02:33
The Jakarta Post
Jakarta | Mon, April 3, 2017 | 02:33
Tiga mahasiswa ilmu komputer di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, telah menemukan teknologi untuk memantau kualitas udara. Dijuluki SmoQ, perangkat beroperasi dengan menggabungkan perangkat keras yang terdiri dari detektor kualitas udara dan mikrokontroler dengan perangkat lunak yang dapat diinstal pada smartphone Android.
Ginjal Prahadis, Muhammad Ulul Albab Iryanto dan Maulida Sabrina telah bekerja di Ex Ganti tim untuk membuat SmoQ. Ginjal menjelaskan kepada berita Antara bahwa SmoQ terdiri dari empat sensor. Ini akan mendeteksi kualitas udara, tingkat asap, karbon monoksida dan suhu setelah terletak di tempat yang akan dipantau. Pembacaan akan disimpan dan dianalisis pada mikrokontroler dan kemudian hasil keseluruhan dapat diakses oleh perangkat yang memiliki software SmoQ.
The SmoQ aplikasi menunjukkan ID perangkat, tingkat suhu di sekitar perangkat, asap dan karbon monoksida. (YouTube / File)
Aplikasi ini menunjukkan tiga tingkat kualitas udara: normal, siaga (standby) dan Waspada (sadar). Tingkat didasarkan pada indeks polusi udara standar yang ditetapkan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal).
“Jika hasil analisis input data menunjukkan indeks akhir kurang dari 200 maka singkatan normal,” jelasnya. “Ketika itu antara 200 dan 300 maka tingkat adalah siaga, tetapi ketika indeks menunjukkan lebih dari 300, itu di tingkat‘sadar’, yang berarti bahwa kualitas udara sangat buruk.”
The Ex Perubahan tim; Maulida Sabrina (kiri), Muhammad Ulul Albab Iryanto (tengah) dan ginjal Prahadis (kanan). (YouTube / File)
Ginjal mengatakan bahwa SmoQ dibuat untuk pemerintah untuk digunakan sebagai perangkat untuk membantu membuat keputusan dalam kaitannya dengan lingkungan, meskipun masyarakat juga dapat menggunakannya.
Setelah menciptakan SmoQ, Ex Ganti tim mengambil tempat ketiga di Multimedia dan Game Event (MAGE) 2017 persaingan di Internet dari kategori Hal. Kompetisi ini diadakan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) pada akhir Februari. (Wir / asw)
Mahasiswa
Indonesia Menciptakan
Alat Pemantau Kualitas Udara
Translated by
Awwaliyaty Rahmaniyaty
The Jakarta Post
Jakarta | Senin, 3 April 2017 | 02:33
The Jakarta Post
Jakarta | Senin, 3 April 2017 | 02:33
Tiga mahasiswa ilmu komputer di Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, telah menciptakan teknologi yang mampu memonitor kualitas udara yang dijuluki SMOQ. Cara mengoperasikan alat tersebut yakni dengan menggabungkan perangkat keras yang terdiri dari detektor kualitas udara dan mikrokontroler dengan perangkat lunak yang dapat diinstal pada smartphone Android.
Rinal Prahadis, Muhammad Ulul Albab Iryanto dan Maulida Sabrina telah bekerja di tim Ex Change untuk menciptakan SMOQ. Renal menjelaskan kepada Antara news bahwa SMOQ terdiri dari empat sensor. Alat tersebut akan mendeteksi kualitas udara, tingkat asap, karbon monoksida dan suhu setelah diletakkan didaerah yang ingin dideteksi udaranya. Data hasil deteksi tersebut akan disimpan dan dianalisis pada mikrokontroler kemudian hasil keseluruhan dapat diakses oleh smartphone Android yang telah terinstall dengan perangkat lunak SMOQ.
Aplikasi SMOQ menunjukkan perangkat ID, tingkat suhu di sekitar perangkat, asap dan karbon monoksida. (YouTube / File)
Aplikasi itu menunjukkan tiga tingkat kualitas udara, yakni Normal, Siaga (standby) dan Waspada (sadar). Penentuan tingkatan berdasarkan indeks polusi udara standar yang ditetapkan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (Bapedal).
“Jika hasil analisis input data menunjukkan indeks akhir, yakni kurang dari 200 maka kualitas udara normal,” paparnya. “Ketika indeks akhir antara 200 dan 300 maka status siaga, tetapi ketika indeks menunjukkan lebih dari 300, maka kualitas udara ditingkat ‘sadar’, yang berarti bahwa kualitas udara sangat buruk.”
Anggota tim Ex Change terdiri dari Maulida Sabrina (kiri), Muhammad Ulul Albab Iryanto (tengah) dan Renal Prahadis (kanan). (YouTube / File)
Renal mengatakan bahwa SMOQ diperuntukkan pemerintah yang digunakan sebagai alat untuk membantu mengambil keputusan yang terkait dengan lingkungan, meskipun masyarakat juga dapat menggunakannya.
Setelah menciptakan SOMQ, tim Ex Cahnge telah menyabet juara tiga di kompetisi Multimedia dan Game Event (MAGE) 2017 kategori The Internet of Things. Kompetisi ini diselanggarakan oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) pada akhir Februari. (Wir / asw)
Komentar
Posting Komentar